Musim Hujan, Musim Banjir, Musim Bencana?

Bulan November sudah hampir habis tanggalnya. Menjelang akhir tahun seperti biasanya musim hujan selalu mengiringi. Dan yang selalu menghiasi musim hujan adalah berita-berita terkait musim hujan seperti banjir, tanah longsor, kemacetan lalu lintas, pohon tumbang dan sebagainya. Bencana? Bisa dikatakan demikian bila rutinitas alam tersebut sudah melebihi batas kewajaran. Namun sebaliknya menjadi tidak dapat disebut bencana apabila siklus alam tersebut sebenarnya datang masih dalam batas kewajaran namun menimbulkan dampak negatif berlebihan, pasti ada yang salah dan kita tidak bisa menyalahkan siklus alam.

Kemacetan
Di kota besar seperti Jakarta yang setiap harinya selalu macet akan bertambah macet saat musim hujan. Menurut pengalaman berkendara di Jakarta, saat hujan sedang turun kondisi lalu lintas kondisi lalu lintas cenderung masih bergerak lancar, namun bila hujan sudah selesai saat itulah lalu lintas mulai tersendat. Dalam pikiran para pengguna jalan, termasuk penulis, ada 2 hal yang akan dilakukan saat berkendara yaitu secepat mungkin mencapai tujuan atau sewaspada mungkin. Sebagian besar pengendara akan lebih waspada karena melihat kondisi jalan yang secara visual basah dan tampak licin. Laju kendaraan pun otomatis akan lebih rendah dibandingkan dengan saat secara visual kondisi jalan kering.
DAN di antara sekian banyak pengendara yang bergerak di saat hujan selalu saja ada yang mengabaikan KEWASPADAAN dan lebih mementingkan KECEPATAN. Cepat sampai tujuan, cepat beristirahat dan cepat terhindar dari hujan, mungkin begitu pikiran pengendara egois ini. Ritme jalanan di musim hujan pun menjadi terganggu oleh pengendara egois seperti itu dan seringkali menjadi penyebab kemacetan parah. Ketidaktertiban pengendara egois itu tentu akan menyebabkan kekacauan lalu lintas dan kecelakaan. Dan bila sudah terjadi kecelakaan tentu saja para pengendara yang tergolong waspada di musim hujan menjadi korban, tambah macet dan lama perjalanannya toh. Bencana? Tentu tidak bila semua tertib!

Banjir
Teori fisika mengatakan air selalu bergerak dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah. Hukum alam tersebut seringkali tidak terjadi dengan lancar di musim hujan. Kota-kota besar yang sebagian besar tanahnya sudah tertutup bangunan hanya mengandalkan sistem drainase yang akan berfungsi dengan baik bila dirancang dengan benar dan berfungsi dengan baik. Banjir yang sering terjadi saat hujan turun pun seringkali disebabkan kegagalan sistem tersebut. Kesalahan rancangan makro sistem drainase di kota-kota besar seringkali diperparah oleh sampah yang dibuang sembarangan oleh manusia-manusia egois dan malas. Banjir yang terjadipun tidak dapat dikatakan sebagai bencana karena manusia penghuni kota itu sendirilah yang menyebabkan terjadinya banjir. Sungai yang seharusnya menjadi tempat bergeraknya air menjadi tempat sampah, belum lagi ditambah endapan di dasar sungai yang semakin mengurangi daya tampung air di sungai saat musim hujan. Yang seharusnya mengeruk endapan di dasar sungai malas kerja, jadilah banjir. Yang seharusnya menangani sampah malas kerja ditambah manusia kota yang egois buang sampah sembarangan, jadilah banjir. Bencana? Tentu tidak bila manusia penghuni kota tidak egois dan malas.

Di luar kota, yang sebagian besar tanahnya tidak tertutup bangunan justru tidak mampu secara maksimal mengendalikan kecepatan air yang turun. Adalah manusia-manusia egois (lagi) yang menjadi penyebab ketidakmampuan tanah mengendalikan kecepatan air yang turun di musim hujan. Hilangnya banyak penghambat kecepatan air yang seharusnya dapat mengendalikan air yang turun di musim hujan senantiasa dituding menjadi penyebab terjadinya banjir dan ...

Tanah Longsor
Air hujan yang turun seharusnya mengisi cadangan air di dalam tanah. Tanaman yang tumbuh di atas tanah secara alami dapat mengendalikan kecepatan air hujan yang turun. Dengan tidak adanya tanaman yang tumbuh di atas tanah, air yang turun tidak berkurang kecepatannya dan menghantam apapun yang dilewatinya. Saat lewat itulah air membawa apapun yang dihantamnya dan dalam dalam skala besar dapat menimbulkan banjir bandang dan tanah longsor. Air hujan yang turun seharusnya dikurangi kecepatannya oleh tanaman yang tumbuh di atas tanah agar bisa masuk ke dalam tanah mengisi cadangan air tanah. Hukum alam yang mengatur jalannya air sekali lagi tidak berjalan lancar dan akibatnya manusia sendiri yang rugi.

Di skala yang lebih luas tentu saja ulah manusia-manusia egois dan malas itu sangat mempengaruhi keseimbangan alam. Alam yang tidak seimbang secara natural akan menyeimbangkan dirinya sendiri yang seringkali disebut manusia sebagai bencana alam. Padahal sebenarnya ada peran serta umat manusia yang menyebabkan alam menjadi tidak seimbang. Dan kita sekali lagi tidak bisa menyalahkan alam yang sedang menyeimbangkan diri.

Sebagai bagian dari alam sudah seharusnya manusia tidak egois dan malas. Dua sifat jelek itu bersumber pada ketidakpedulian, kepada sesama manusia dan kepada alam. Dengan menyadari setiap waktu bahwa manusia merupakan bagian dari alam maka ketidakpedulian itu sedikit demi sedikit dapat dikurangi. Tindakan kecil dan sederhana yang dilakukan setiap manusia tentu memiliki efek berantai yang bisa mempengaruhi alam.
Membuang sampah pada tempatnya mungkin nasihat yang sepele yang sering diabaikan tapi dalam skala luas akan sangat mempengaruhi alam.
Menjalankan tugas sebagai pengangkut sampah mungkin sering dianggap pekerjaan rendah, namun dalam skala luas pekerjaan itu sangat penting dalam upaya mencegah banjir.
Menanam 1 pohon pengganti sebelum menebang 1 pohon secara teori sebenarnya mudah dilakukan namun sering diabaikan.

Tindakan-tindakan mudah dan sederhana itu seringkali tidak dilakukan karena tidak peduli. Dan saat alam menyeimbangkan diri mengikuti hukumnya, pantaskah kita menyalahkannya?

Komentar

hayardin mengatakan…
iya nich sob,,di kampung saya juga sering kebanjiran...salam kenal yaa sob...
Icahbanjarmasin mengatakan…
Alhamdullilah ditempat saya ga pernah banjir bang,namun adakalanya juga sih air naik tapi tida menyebabkan banjir.

Postingan Populer